Rabu, 04 Maret 2009

Gone with the wind?

Ada seorang teman. Sangat menjengkelkan. Kalau boleh saya golongkan, dia termasuk teman tipe angin.

Angin?

Iya, angin. Udara yang bergerak, terdiri dari nitrogen, oksigen dan sedikit komponen lain.
Tentu anda tahu, sifat-sifat udara? Memiliki massa, menempati ruang, dan entropi tinggi. Derajat kebebasan udara sangat tinggi, sehingga dia mampu bergerak kemanapun, dan dengan kecepatan berapapun.

Udara selalu ada di sekitar kita tanpa disadari. Anda semua baru merasa bahwa udara itu perlu jika satu saat kekurangan udara dan merasakan gejala-gejala berikut : sesak nafas, dada berdebar-debar, mata berkunang-kunang dan telinga berdengung-dengung. Pendek kata, semua fungsi fisiologis tubuh akan terganggu. Padahal biasanya anda tidak sadar kalau udara selalu siap sedia mensuplai oksigen buat kelancaran peredaran darah dan apapun yang beredar dalam tubuh. Itulah udara, dimana kita tidak dapat hidup tanpanya. Itu jika si udara sedang manis, duduk diam sambil tersenyum.

Jika udara sedang butuh olahraga, dia akan berubah menjadi angin. Angin yang berhembus pelan, sejuk, membuai, membius dan membuat kesadaran pelan-pelan menghilang karena tertidur pulas. Angin yang membelai-belai lembut, membisikkan janji surgawi dan membuat musim kemarau seperti tidak pernah hadir dalam peta cuaca. Tapi jika tidak hati-hati, angin bisa masuk dalam tubuh dan menari-nari dalam perut dan lambung. Seenaknya berdansa dan berputar-putar memilin-milin usus, menggoda limpa, dan menggencet semua perabotan dalam perut. Dan, membuat terkapar tanpa daya.

Kali lain, angin bisa berubah menjadi badai. Bayangkan sendiri saat UGM dilanda puting beliung November 2008 lalu.

Begitulah teman saya, saat bertingkah bagai udara. Kadang manis, pendengar yang baik, penuh perhatian, ngangeni, suka memberi kejutan dan saya hampir tak bisa jauh darinya. Kangen dengan smsnya, kangen dengan guyonnya.

Saat berubah menjadi angin, dia begitu menyebalkan, cuek, tidak peka, menyakitkan, dan saya benar-benar merasa menyesal berteman dengannya. Datang dan pergi sesukanya, tanpa permisi, tanpa pamitan.

Apalagi saat dia menjadi badai. Wuss…. datang, sekejab kemudian hilang dengan meninggalkan kerusakan parah yang tak tersembuhkan.

Walau begitu, saya tetap berteman dengannya. Kita butuh udara untuk bernafas bukan?
Seperti sekarang saat dia lagi menyebalkan, sms terus berlanjut…

Saya : lagi ngopo?
Dia : kerjo
Saya : wis ngerti
Dia : kok takon?
Saya : iseng….

Label: ,

0 Komentar:

Posting Komentar

And the answer is..

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda